"Kriiiing..kriiiing..." Bunyi alarm membangunkanku dari lelapnya tidur semalam setelah mencari oleh-oleh untuk ku bawa pulang ke kampung halaman tercinta, Wonosobo. Yah akhirnya hari ini aku akan pulang untuk menjenguk orang tua setelah 6 bulan berkelana dan belajar bertahan hidup sendiri tanpa keluarga, dan ternyata aku tak bisa. Selalu ingin kembali kerumah, selalu ingin bercengkerama dalam dinginnya senja bersama segelas teh hangat. Sebentar lagi inginku ini akan tercapai melepas penat memeluk kerinduan akan hangatnya rumah.
Kereta api lah yang ku pilih untuk menemani perjalanan ku ke Purwokerto kemudian lanjut ke Purbalingga untuk sekedar berkunjung ke rumah Doni, sahabat yang dulu satu kamar ketika masih sama-sama belajar ilmu keperawatan. Sampailah di Purwokerto pukul 20.00 yang mana saat itu aku di jemput oleh Dendi. Dendi adalah teman dari Doni, kita sudah sering bertemu bahkan pernah sampai malam nongkrong minum kopi dan disisipi obrolan kecil di tengah dinginnya Wonosobo. Memang sengaja aku agendakan kepulanganku ini untuk mampir ke Purbalingga untuk menjenguk Ibu-nya Doni yang 2 bulan lalu sakit dirawat di rumah sakit. "Kapan aku bisa menjenguk ibu-nya Doni? Yah semoga ada waktu ketika pulang untuk menjenguknya" gumamku dalam hati kala itu. Alhamdulillah akhirnya bisa menjenguk meskipun hanya sehari.
Aktor yang kutunggu pun baru muncul esok hari pukul 08.00 karena saat itu ia jaga malam di salah satu rumah sakit ortopedi di Purwokerto. 3 tahun kami berteman, satu kamar, tidur satu kasur berdua, tiap malam kami saling mencurahkan perasaan apapun itu entah masalah wanita, keluarga, masa depan, bahkan ketika kami tak punya uang kami saling berbagi, beli bakso keliling menggunakan tabungan receh 500an dikamar kami, ah sungguh indah memori itu. Meskipun hanya beberapa jam bertemu tapi cukup untukku masuk kedalam dunianya, bercerita masa lalu, bercerita tentang teman angkatan, semua itu yang kami sebut "obrol dobol" hehe.
Waktunya aku melanjutkan perjalanan ke Wonosobo, dalam rintik hujan dan bau bus yang sangat khas aku mmencoba mengingat memori 2 tahun silam. Sudah lama aku tak berada dalam keadaan seperti ini, dalam bus yang penuh sesak, bau badan para pencari nafkah, berdiri yang membuat leherku tersiksa karena harus menunduk, aku coba untuk menikmati perjalanan ini. "Selamat Datang di Wonosobo" terpampang jelas kata itu di tugu perbatasan Wonosobo dan Banjarnegara. Sebentar lagi aku sampai, segera aku membuka blackberry messenger ku untuk memberi tahu adikku Satrio untuk bersiap-siap menjemputku. Sampailah aku dirumah kecil nan hangat, kujabat tangan kasar penuh perjuangan, kucium sebagai bentuk baktiku pada mereka, yah mereka Bapak dan Ibu ku. Semoga selalu di beri kesehatan untuk mereka. aamiin
Esok hari aku berniat untuk membuat kartu pencari tenaga kerja di Disnakertrans Wonosobo, hanya untuk jaga-jaga apabila dibutuhkan mendadak. Kuhubungi salah seorang anggota Sohibul Iman yaitu Fikri untuk menemaniku sekaligus bisa berkunjung ke kantor IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah), bernostalgia melihat rekam jejak perjuangan bersama teman dulu. Tak lupa kita berkunjung ke salah satu masjid terfavorit yaitu Masjid Al Arqom di depan SMA Muhammadiyah Wonosobo. Setelah shalat jumat kami kembali ke kantor IPM, disana bertemu dengan beberapa teman ketika kami berorganisasi dulu. Sungguh hal yang tak disangka-sangka kami bisa bertemu, memanfaatkan waktu sedikit mengobrol mengenai nikah muda yang selalu membuat malu diri sendiri.
Hari-hari berikutnya aku berkunjung ke saudara-saudara semua, mulai dari mbah, bulek, budhe, semuanya aku kunjungi. Meskipun sebentar setidaknya aku tahu bagaimana keadaan mereka, kesehatan mereka, merasakan hangatnya suasana saudara, dan melepas belenggu rindu kepada mereka. Malam hari adalah golden time bagi sebuah keluarga di kota kecil yang dingin, segelas teh hangat disertai tempe kemul menemani diskusi kita sekeluarga malam itu. Diskusi atau obrolan kami di ruang keluarga sedikit menyinggung mimpi aku dan adik ku, bahkan aku pun menangkap apa yang mereka impikan dimasa tua mereka. Semoga kelak akan ada kesempatan sedikit membalas perjuangan mereka. Mereka adalah orang tua yang sangat peduli akan mimpi anaknya, yang rela berjuang agar anaknya mampu belajar dari kehidupan, dan yang rela mengorbankan kekayaan hartanya demi kekayaan pola pikir anaknya.
Pagi ini aku segera bersiap untuk menemui teman yang kami sebut Let's, kami sepakat untuk bertemu di salah satu cafe yang paling hits di kota Wonosobo. Langit mendung jadi temanku selama perjalanan ke cafe tersebut hingga di tengah perjalanan akupun harus menggunakan jas hujan karena gerimis mulai datang di kota yang kerap di juluki kota hujan ini. Fikri dan Laili sudah menunggu disana, akhirnya kita pun bisa kumpul kembali setelah terakhir berkumpul akhir tahun lalu, ya tepat satu tahun. Meskipun beberapa personil ada yang tak bisa hadir tapi kami masih bisa berjumpa via video call seperti dengan Dika. Memang sekarang dunia yang serba canggih tak bisa jadi penghalang kita untuk bersilaturahim, banyak cara yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Hal yang tak disangka adalah kami bertemu dengan teman seperjuangan kami ketika masih di IPM, setelah 5 tahun tidak bertemu karena saling belajar di perguruan tinggi, Miftah. Tiba-tiba suasana cafe tersebut heboh karena kami berempat, serasa kembali ke masa dimana kita masih 17 tahun. Layaknya orang yang sudah lama tak jumpa kami pun sibuk bertanya keadaan, pekerjaan dan masih banyak lagi. Hal yang paling aku kagumi dari seorang Miftah adalah ia mampu menjaga istiqomah dalam ibadahnya seperti shalat tahajud dan puasa daud. Semoga aku bisa istiqomah seperti beberapa temanku yang sudah berjalan bersama indahnya pelukan istiqomah.
"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dzalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrabku(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia." (QS. Al Furqan: 27-29). Memang tak sepantasnya ketika semua orang kita jadikan sebagai teman, kita harus mampu memilih dan memilah teman untuk bisa bersama-sama membuat diri kita menjadi lebih baik lagi. Dan dari ayat Al Quran diatas semoga kita tak salah dalam memilih teman, semoga kita mendapat teman yang selalu membuat kita dekat dengan Allah. Aamiin
Dalam dingin dan sejuknya udara pagi ini aku berangkat kembali ke Bandung, kupeluk dan ku cium tangan kedua orang tua ku sembari meminta restu agar dimudahkan dan dilancarkan dalam setiap hal yang aku jalani. Kupalingkan muka pada suasana yang indah dirumah, suasana ramah tamah di kampung halaman, dan saatnya kembali menatap mimpi yang harus aku perjuangkan. Roda bus-pun perlahan meninggalkan tanah dimana 18tahun aku berpijak dan suatu tempat yang akan selalu jadi tujuan untukku kembali. Colekan mesra kernet bus membangunkanku dari lamunanku menyusuri segala kenangan indah di kotaku ini. "Ah sudahlah, saatnya berjuang lagi dan mengumpulkan serpihan rindu akan semua keindahan kota ku ini" gumamku dalam hati.
Dan kesimpulan dari perjalanan ini adalah indahnya berjabat dengan silaturahim, bertegur sapa dalam wajah penuh senyum, dan memeluk hangatnya persaudaraan. Seperti banyak dijelaskan dalam Al Quran bahwa orang yang memutus tali silaturahim atau persaudaraan adalah orang yang dilaknat oleh Allah SWT. Dalam surat Muhammad ayat 22-23, Allah SWT berfirman, “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka.”
"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dzalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrabku(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia." (QS. Al Furqan: 27-29). Memang tak sepantasnya ketika semua orang kita jadikan sebagai teman, kita harus mampu memilih dan memilah teman untuk bisa bersama-sama membuat diri kita menjadi lebih baik lagi. Dan dari ayat Al Quran diatas semoga kita tak salah dalam memilih teman, semoga kita mendapat teman yang selalu membuat kita dekat dengan Allah. Aamiin
Dalam dingin dan sejuknya udara pagi ini aku berangkat kembali ke Bandung, kupeluk dan ku cium tangan kedua orang tua ku sembari meminta restu agar dimudahkan dan dilancarkan dalam setiap hal yang aku jalani. Kupalingkan muka pada suasana yang indah dirumah, suasana ramah tamah di kampung halaman, dan saatnya kembali menatap mimpi yang harus aku perjuangkan. Roda bus-pun perlahan meninggalkan tanah dimana 18tahun aku berpijak dan suatu tempat yang akan selalu jadi tujuan untukku kembali. Colekan mesra kernet bus membangunkanku dari lamunanku menyusuri segala kenangan indah di kotaku ini. "Ah sudahlah, saatnya berjuang lagi dan mengumpulkan serpihan rindu akan semua keindahan kota ku ini" gumamku dalam hati.
Dan kesimpulan dari perjalanan ini adalah indahnya berjabat dengan silaturahim, bertegur sapa dalam wajah penuh senyum, dan memeluk hangatnya persaudaraan. Seperti banyak dijelaskan dalam Al Quran bahwa orang yang memutus tali silaturahim atau persaudaraan adalah orang yang dilaknat oleh Allah SWT. Dalam surat Muhammad ayat 22-23, Allah SWT berfirman, “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka.”
Salam rindu kota ku,
Akbar Wicaksono
Bandung, 15 Desember 2016
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/12/17/mxx7dv-keutamaan-silaturahim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar