Rabu, 28 September 2016

I'm give up

Assalamualaikum

Sebenarnya apa yang kita cari di hidup ini? kalimat itu selalu menguatkan dan selalu mengingatkan tentang tujuan hidup yang sebenarnya. Ketika hati merasa goyah akan semua keadaan yang memaksa untuk sedikit demi sedikit menutup rajutan mimpi yang telah tersusun. Ya seperti itulah hidup, kadang penuh semangat untuk menggapai mimpi, kadang pula pulang dengan pesimis akan mimpi, yang kita butuhkan adalah sesuatu yang bisa membuat kita tetap menjaga semangat yang ada. Kita tidak bisa memecahkan masalah yang sedang kita alami hanya dengan curhat dengan orang disekitar kita, tetapi kita sendiri harus mencari segala hal yang bisa membuat semangat kita tetap ada.

Jika hidup harus ada pencapaian maka dalam hidup pun pasti ada pengorbanan dan kerja keras, bagaimana menjaga kekonsistenan kita dalam mencapai pencapaian kita adalah kita sendiri yang tau. Kita sendiri yang harus memecahkan masalahnya, ibarat telur jika telur tersebut pecah dari dalam maka akan tercipta sebuah kehidupan baru yang luar biasa, akan tetapi lain halnya jika telur tersebut pecah dari luar maka hanya akan menghidupi orang lain bahkan bisa dibuang.

Ya sejahat itu lah hidup, jahat yang memaksa kita untuk selalu kuat. Yang kita butuhkan adalah sesuatu yang bisa membuat kita bertahan dan melawan dunia. Apapun itu hanya kita sendiri tau, jadi tetap jaga mimpi kita agar suatu saat bisa kita capai dan bisa bermanfaat untuk orang lain..
Salam semangat!!!

Senin, 19 September 2016

Saya dan IPM

Di awali dari keikutsertaan berorganisasi pada saat kelas 1 di SMP disitulah mimpi disetiap organisasi yang saya ikuti dimulai. Saat itu ketika kelas satu karena saya jadi ketua kelas maka diikutkanlah OSIS kala itu oleh bagian kesiswaan. Saat itu saya belajar bagaimana membuat sebuah kegiatan yang bisa menggerakkan seluruh siswa disekolah tanpa adanya paksaan tapi dengan konsep yang matang. Di organisasi juga mulai belajar bagaimana bisa mengkoordinir teman-teman baik di dalam organisasi itu ataupun satu sekolah. Dari sini saya mulai bermimpi untuk menjadi bagian terpenting disebuah organisasi yaitu ketua OSIS. Saya kala itu berpikir ketika saya menjadi ketua maka saya akan lebih banyak bisa belajar mengkoordinir teman-teman dan berlatih berbicara di depan umum.

Dari pengalaman tersebut membuat saya ingin melanjutkan berorganisasi di SMA, kala itu saya memilih melanjutkan sekolah tingkat atas ke sekolah yang berbasic agama, ketika di SMA akan masuk OSIS maka diwajibkan untuk pelatihan Taruna Melati 1 yang mana materi yang disampaikan terkait kemuhammadiyahan, IPM, dan isu-isu tentang pelajar. Seiring berjalannya waktu kala itu saya diajak teman saya untuk mengikuti organisasi di luar sekolah yaitu IPM di tingkat pimpinan daerah. IPM adalah organisasi otonom kepelajaran dibawah naungan Muhammadiyah yang mengemban dakwah amar ma'ruf nahi munkar dikalangan pelajar, disini ada beberapa jenjang yaitu pimpinan ranting (tingkat desa atau sekolah), pimpinan cabang (tingkat kecamatan), pimpinan daerah (tingkat kabupaten atau kota), pimpinan wilayah (tingkat propinsi), dan pimpinan pusat (tingkat nasional). Ketika itu konsentrasi saya terpecah karena saya berada di pimpinan daerah IPM dan OSIS di sekolah yang menjadikan saya menjadi kurang aktif di OSIS. Tiba saatnya saya naik kelas 2 SMA yang berbarengan dengan reorganisasi di SMA itu, teman saya Fikri dan saya diberi amanah untuk menjadi ketua di organisasi tersebut. Amanah yang sangat berat bagi kami karena kami harus mentransformasi dari OSIS ke IPM, yah seperti seharusnya di sekolah Muhammadiyah organisasi kepelajaran adalah IPM bukan OSIS.

Tugas kami pun dimulai, kami mulai merubah ruang rapat dengan atribut IPM, mulai merubah penampilan kita dengan menambahkan jas hitam berlogo dan memakai pin IPM, hal tersebut untuk mengenalkan bahwa kita adalah IPM bukan OSIS. Ya memang susah untuk merubah mindset dari OSIS ke IPM di 1000 siswa dan beberapa guru, tapi kami tak gentar sedikit demi sedikit siswa mulai mengetahui bahwa kami telah bertransformasi. Kami mulai memasukkan program kerja yang sesuai dengan kepribadian IPM seperti pengajian rutin bidang dakwah islam, bedah film, jadwal adzan dzuhur, dan lain-lain. Merasa nyaman dengan organisasi ini saya dan teman-teman IPM membuat ruang IPM menjadi tempat nongkrong sembari diskusi sepulang sekolah, bahkan saya sampai sering tidur di rumah Fikri untuk diskusi program kerja yang kami kerjakan.

Tiba-tiba terbesit pikiran untuk mengajukan ke pihak sekolah untuk mengadakan seragam IPM untuk menggantikan seragam OSIS, meskipun ayahnya Fikri adalah kepala sekolah tetapi tidak mudah untuk membuat seragam IPM menggantikan seragam OSIS dan waktu itu kami mengajukan alternatif kedua yaitu pemberian bed IPM di seragam OSIS. Akhirnya pilihan kedua kami yang di terima oleh sekolah, alhamdulillah 1000 siswa sudah memasang bed IPM di lengan kanan seragam OSIS mereka. Setidaknya perjuangan kami ada hasilnya, itu merupakan pencapaian terbesar angkatan kami karena kami sadar tugas yang kami emban ini begitu berat maka tak heran jika yang masih bertahan hanya 7 orang di angkatan kami. Alhamdulillah sekarang siswa di SMA Muhammadiyah Wonosobo sudah menggunakan seragam IPM.

Ketika di pimpinan daerah maka tugas kami mengurus pimpinan cabang dan ranting di seluruh kabupaten. Disana saya di amanahkan untuk menjadi sekretaris bidang Pengkajian ilmu pengetahuan, di pimpinan daerah kami lebih bisa berkreasi dalam dakwah karena kami tidak terikat oleh sekolah. Program kerja rutin yang kami kerjakan salah satunyaadalah FORTASI (forum taaruf dan orientasi), yah kalo di sekolah umum dikenal dengan MOS lah, tp jangan disamakan ya? di kegiatan ini lebih banyak disisipkan materi tentang kemuhammadiyahan, birul walidain, keIPMan, tata cara shalat, enterpreneur, westernisasi dll. Dalam kegiatan tersebut kami yang berada di pimpinan daerah adalah yang memberikan materi jadi kami mau tidak mau harus menguasai materi yang akan kami berikan, satu minggu kami merasakan jadi seorang guru.

Teman-teman yang berada di pimpinan daerah berasal dari berbagai kalangan, ada yang sudah kuliah, kerja ataupun yang masih sekolah seperti kami. Hal tersebut yang membuat saya bisa belajar banyak, belajar tentang berbicara di khalayak ramai, belajar mengatur waktu sekolah dan organisasi, belajar ikhlas berbagi, belajar lain-lain masih banyak yang tak bisa disebutkan. Pernah suatu waktu ketika saya kelas 3 sebelum diadakannya Musyawarah Daerah yaitu akhir dari kepemimpinan periode, kami mengadakan Taruna Melati 2 di sebuah kecamatan di Wonosobo. Saya yang waktu itu di amanahkan menjadi panitia sering kali survey tempat dan kesiapan acara yang membuat kami harus pintar membagi waktu sekolah dan kegiatan tersebut yang saat itu di sekolah sudah intens untuk tambahan belajar karena mendekati ujian nasional. Tak jarang saya dan Fikri pulang ba'da isya sampai rumah dengan seragam yang basah kuyup karena survey dilakukan setelah selesai tambahan belajar di sekolah. 

Kami sering kumpul bersama ketika di kantor ataupun diluar yang membuat kami sering berdiskusi hal yang ringan seperti pembuatan buletin dakwah. Pada saat selesai kajian di Masjid Al Arqom yang rutin di adakan oleh bidang kajian dakwah islam, kami melakukan rapat koordinasi untuk pembuatan buletin tersebut. Buletin An-Nahl, ya itu nama yang kami sepakati untuk buletin kami yang tayang tiap 2 minggu sekali. Kami memberi nama tersebut mengambil dari surat di Al-Quran yang berarti lebah dan filosofi lebah yaitu mengambil yang baik memberikan yang terbaik yang kami jadikan jargon kami. Alhamdulillah buletin dakwah tersebut sampai sekarang masih berjalan dan menjadikan lebah sebagai icon IPM Wonosobo.

Sunggu banyak pengalaman dan ilmu yang saya dapatkan ketika di IPM, selalu kami ingat bahwa kami lah kader penerus bangsa, kami adalah pelopor, pelangsung dan penyempurna amanah. Semoga teman-teman tetap istiqomah berfastabikhul khoirot dan tetap menjadi agent of change, tetap mencari muka semata-mata kepada ALLAH SWT dimanapun teman-teman berada. IPM?? JAYA

Nuun wal qalami wamaa yasthuruun
Wassalamualaikum wr.wb

Senin, 05 September 2016

Nurse and My Experience!!


Waktu SMA ketika kelas tiga masuk semester 2 mulai banyak alumni yang datang ke sekolah hanya untuk sekedar promosi kampusnya. Pada saat itu teman-teman saya pun mulai mendaftar di universitas berlatar muhammadiyah yang karena kita dari sebuah naungan yang sama maka sedikit dimudahkan. Saat itu memang saya berminat kuliah disana akan tetapi Allah menggariskan lain pada saya karena ketika saya meminta izin untuk kuliah di Jogja tidak diperbolehkan oleh orang tua saya dengan alasan pergaulan yang tidak baik disana dan karena jurusan yang saya pilih mungkin tidak sesuai dengan keinginan orang tua. Yah memang Allah selalu tau apa yang terbaik untuk hamba-Nya dan mungkin memang kala itu saya masih berfikir untuk kuliah di bidang yang saya senangi tanpa pikir panjang, beda dengan orang tua yang pasti berfikir panjang untuk kehidupan anaknya kelak.

Sampai ketika akan dilaksanakannya UN saya masih belum beranjak untuk mencari universitas lain, saya masih mempertimbangkan usulan orang tua antara jadi perawat atau guru. "Ya Allah mantapkanlah hamba harus menempuh pendidikan dimana, tunjukkan jalanMu agar setiap langkah yang ditempuh selalu Engkau ridhoi, dan semoga angkatan saya ini bisa lulus 100% aamiin" kira-kira seperti itulah doa yang selalu saya panjatkan seusai shalat. Akhirnya pilihan pun tertuju pada perawat, mulailah saya mencari kampus keperawatan yang bagus secara prestasi, saya mulai bertanya dengan orang-orang, meminta saran orang tua, googling juga saya lakukan. Orang tua menyarankan agar kuliah di Akper Pemprov Jateng yang di Wonosobo karena lebih dekat dengan rumah dan bisa lebih hemat biaya. Waktu itu ada dua jalur masuk agar bisa bergabung dengan kampus tersebut, ada jalur umum dan khusus. Saya alhamdulillah bisa ikut di jalur khusus karena seluruh nilai diatas 7, jalur khusus banyak untungnya dimana kita masuk tanpa tes hanya dengan nilai raport dan juga ada selisih uang pembangunan disana. 

Sampailah di hari perkuliahan dimana saya dipertemukan dengan teman satu angkatan yang datang dari berbagai wilayah ini, ketika ospek kita dilatih untuk saling care satu sama lain yang mana nanti kita akan menerapkannya ketika berhadapan dengan pasien langsung. Serasa kehidupan yang baru karena saya kuliah di semarang, hidup di asrama dan ada masa karantina 1 bulan yang mana tidak boleh keluar area kampus. Sungguh menyebalkan masa-masa ospek itu. Ketika mulai perkuliahan kita dikenalkan dengan apa itu perawat, bagaimana tugasnya, dll dan saat itu saya berfikir betapa mulianya pekerjaan yang nantinya akan saya geluti ini.

Hari demi hari saya lalui, yah mengalir begitu saja. Sampai tiba saat dimana saya harus belajar praktik langsung di rumah sakit. Ternyata susahnya jadi perawat adalah ketika kita harus tetap senyum dan bersikap melayani pasien di tengah suasana hati yang tak menentu.

Belajar dasar keperawatan seperti memandikan pasien, mengganti laken/sprei, memotong kuku,dll. Ya mungkin untuk sebagian orang berfikiran tidak terlalu penting itu semua tapi bagi perawat itu adalah hal dasar yang harus pasien kita dapatkan, bagaimana mungkin pasien akan sembuh jika tidak menjaga kebersihannya?? Yang ada malah pasien akan bertambah penyakitnya.

Lanjut lagi ke stase medikal bedah, stase ini kita belajar tentang penyakit yang ada di pasien mulai dari penyebab, gejala, sampai ke pengobatannya. Pengalaman yang sangat berharga ketika bisa merawat orang dengan HIV/Aids di rumah sakit, mereka di berikan perawatan di ruang isolasi, bukan bertujuan untuk mengucilkan mereka tetapi karena sistem kekebalan tubuh mereka lemah sehingga diharapkan tidak menambah penyakit yang mereka derita. Beberapa dari mereka yang merasa terkucilkan karena banyak dari orang-orang yang takut untuk berhubungan dengan mereka dengan alasan takut tertular, tapi apabila kita tau proses penularannya maka kita tidak perlu khawatir jika akan berkomunikasi dengan mereka.

Pernah suatu waktu dinas di ruang bedah dimana kebanyakan pasien menderita cancer, mulai dari kanker otak, kanker payudara, kanker serviks, dll. Banyak dari mereka yang kankernya sudah terjadi luka, karena belum menggunakan modern dressing jadi setiap hari kita harus mengganti balutan luka mereka. Bayangkan kita setiap hari melihat orang menahan sakit, menjerit merasakan nyeri, dan setiap hari melihat luka yang tak kunjung sembuh. Menangislah batin ini melihat penderitaan mereka. Suatu waktu saya mendapat tugas untuk merawat anak berumur 16th yang mengidap kanker tyroid, saya setiap hari mengganti balutan lukanya dan setiap hari selalu mendengar tangisannya ketika balutan saya ganti. Ketika ada kesempatan saya bertanya pada ayahnya tentang penyakitnya "anak saya ini sakit sejak kelas 3 SMP mas, dia berjuang sampai kelas 1 SMA dan akhirnya atas anjuran dokter anak saya ini harus rawat inap" kata ayahnya. Anak sekecil itu harus berjuang melawan penyakitnya yang mungkin orang dewasa pun tak sanggup memikulnya. Praktik di lapangan pun selesai dan kita kembali belajar dikampus untuk stase selanjutnya. "Mbak anak saya sudah meninggal 7 hari lalu, mohon doanya semoga khusnul khotimah" Luruh rasanya hati ini melihat SMS dari ayahnya melalui teman saya. Anak yang selama 7 hari saya rawat harus berhenti berjuang, dia tak pernah menyerah, dia ingin sembuh, akan tetapi Allah berkehendak lain. "Semoga menjadi ladang surga bagi orang tua mu nak."

Masuk stase gawat darurat, disini membuat kita lebih bersyukur lagi tentang nikmatnya hidup dan kesehatan. Pernah suatu ketika saya mendapati pasien yang henti jantung sehingga membuat tim kami untuk melakukan resusitasi jantung paru. "satu dua tiga empat lima....tigapuluh". Kami lakukan 30x kompresi dada dan 2x nafas buatan. Tim kami saling bergantian dalam memberikan kompresi maupun nafas buatan. Keringat pun tak kenal sejuknya ac untuk menetes menyusuri badan kami. Berdasarkan hasil observasi dokter menyatakan bahwa pasien sudah meninggal sehingga kita menghentikan proses tersebut. Dengan hati yang berkecamuk kami mempersilakan keluarga masuk sembari kami siapkan untuk perawatan jenazah. "Ya Allah hari ini aku melihat orang sakratul maut, hari ini pula aku berusaha menolong pasienku yang telah Kau panggil menghadapmu, semoga Kau jadikan kami selalu dalam koridormu agar bisa terus menolong orang lain" kataku dalam hati saat itu.
Banyak sekali kisah kami seorang perawat yang banyak orang mungkin tidak tau. Masihkah berfikir perawat itu tidak mulia?. Rasa bangga menjadi seorang perawat adalah ketika kita mampu menolong orang lain dan ketika kita bisa bermanfaat terhadap orang lain, seperti hadist Rasulullah SAW "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain". Yah kata-kata itu yang menjadi penyemangat setiap langkah kami. Tetap berjuang, maju lah PERAWAT INDONESIA!!!!

Kamis, 01 September 2016

Singa Perantauan


Beranjak dewasa saya di sudutkan dengan pilihan kemana akan melanjutkan jenjang pendidikan saya ke lanjutan tingkat atas. Karena nilai saya yang pas-pasan maka susah untuk mencari sekolah yang favorit, pilihan pun terpilah antara sekolah di Wonosobo atau di Purworejo kala itu. Pertama kali saya mendaftar di SMA 2 Wonosobo yang mana menjadi salah satu sekolah favorit di Wonosobo, dan karena nilai bahasa inggris super jelek yang saya terima saat itu adalah permohonan maaf. Cukuplah para pembaca tau tentang apa maksud jawaban itu.

Lanjut mencari sekolah lagi bersama kakak perempuan saya yang kala itupun sedang libur menunggu kuliah dimulai, pilihan selanjutnya adalah SMA Muhammadiyah dimana saya sebenarnya setengah hati daftar kesana karena image di masyarakat sekolah itu banyak anak yang nakal, tawuran, dan yang jelas banyak pelajaran agama yang saya kurang suka. Alhamdulillah, mungkin Allah memang menunjukkan jalan agar memang saya harus belajar agama di sekolah ini, akhirnya semua pernyataan negatif diatas tentang sekolah Muhammadiyah terbantahkan.

Mulai pertama sekolah diisi dengan kegiatan FORTASI (Forum taaruf dan orientasi) kalo di sekolah umum dikenal dengan istilah MOS. Saya mulai kagum dengan kegiatan ini karena yang memberi materi adalah kakak kelas saya sendiri dari IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah), materi yang disampaikan bukan materi biasa akan tetapi materi seperti aqidah, kemuhammadiyahan, tata cara shalat yang benar, enterpreneur, dll yang saya yakin jika bukan karena keberanian dan latihan maka anak seusia kami belum mampu untuk memberikan materi tersebut. Ketika ada pendaftaran untuk bisa ikut IPM maka dengan kekaguman saya dulu waktu fortasi maka saya mendaftarkan diri. Alhamdulillah setelah mengikuti pelatihan akhirnya bisa menjadi bagian dari IPM ini di sekolah.

Banyak kegiatan yang bisa diikuti ketika di SMA itu, dan ketika itu saya diundang untuk mengikuti ekstrakurikuler matematika. Dalam hati saya bilang "mimpi apa semalam orang seperti saya kok diundang untuk ikut ekstrakurikuler matematika?" tapi ya mungkin itu buah dari semangat ayah dalam membimbing saya di pelajaran matematika waktu SD dan SMP. Saya hanya ikut sekali dan selanjutnya melarikan diri hehe. Hal itu karena memang saat itu saya tidak tau kenapa lebih suka dengan kegiatan lain seperti di IPM dan Marching Band. Oh iya, waktu semester 2 sekolah saya mengadakan ektrakulikuler baru yaitu Marching Band, banyak sekali yang ingin ikut ekstra tersebut termasuk saya. Saya pun tergabung di Marching Band tersebut di percussion line.

Masa SMA adalah masa paling berharga untuk saya, banyak pembelajaran yang diambil disana termasuk pembelajaran soal pacaran, yah dimana saya yang saat itu kos di dekat sekolah dan dengan uang saku yg pas-pasan saya harus membaginya untuk makan selama satu minggu, kegiatan sekolah, dan biaya pacaran hehe. Hal itu yang menjadi fondasi pengelolaan uang saya sampai saat ini.

Ketika akan kenaikan kelas XI maka saya diharuskan memilih jurusan IPA, IPS atau Bahasa. Pilihan saya jatuh ke jurusan IPA karena saya berfikir jika mengambil jurusan IPA maka kesempatan saya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya akan mudah. Tak disangka saya berhasil masuk ke kelas IPA 1, saya merasa minder sebenarnya "Apakah bisa saya mengikuti pelajaran di kelas ini yang notabene anak IPA 1 itu terbaik dari IPA yang lain?" ternyata salah pemikiran saya, di angkatan saya IPA dibagi rata tanpa ada yang unggul antar kelas yang lain maka selamatlah saya pada saat itu hehe.

Ada hal yang akan selalu saya ingat tentang kehidupan di kelas karena sekolah kami menggunakan metode moving class dimana kita harus berpindah kelas di setiap pelajaran yang berbeda, kala itu saya punya teman satu bangku, dia orang yang menurut saya dalam kategori cerdas, pernah menjadi ranking 1 paralel di angkatan saya dan pernah juara 2 siswa teladan di Wonosobo. Akan tetapi dia menjadi teman tidur saya di kelas, kita sering bergantian tugas mengawasi guru ketika kami sedang tidur dalam pelajaran tertentu yang kami anggap itu pelajaran membosankan. Ada saat dimana guru aqidah kami selalu memberi kesempatan bertanya kepada yang duduk dibelakang karena dianggap mengantuk dan jika tidak bertanya maka akan diberikan pertanyaan oleh guru kami. Hal tersebut membuat kelas kami saling berebut untuk duduk di depan agar tak ditanya, tetapi beda dengan segerombolan lelaki dikelas saya dimana kita malah duduk di belakang untuk bertanya hal apapun kepada guru kami. Sungguh mengasyikkan momen itu.

Pengalaman di SMA sangat berpengaruh terhadap kehidupan saya saat ini, semuanya di kemas dengan indah dalam memori yang luasnya tak terbatas. Apapun yang terjadi entah jelek ataupun baik itu memang sudah skenario Allah agar kelak disuatu saat bisa diambil pelajaran dan membuat kita akan lebih baik. 


Bandung, 01-09-2016
Akbar Wicaksono





Powered By Blogger