Kamis, 25 Agustus 2016

Merah Putih Seragamku

Haii, assalamualaikum

Setelah sekian lama akhirnya saya mulai tertarik untuk menulis. Ya, mungkin ini tulisan pertama saya dan mohon maaf apabila dalam teknik penulisan ataupun bahasa masih banyak kekurangan. Nama saya Akbar Wicaksono, saya berasal dari kampung "Negeri diatas Awan", Apakah kalian tau? yoi Wonosobo lebih tepatnya. Tempat dimana budaya dan etika belum tergerus oleh budaya barat, tempat dimana pula saya dibesarkan dengan segudang pelajaran. Penasaraan? baiklah, akan saya ceritakan!!!
Saya dibesarkan di keluarga yang sederhana, dimana ayah saya seorang guru SD dan ibu seorang penjual jajanan di kantin sekolah. Dari hal tersebut memaksa saya setiap hari harus belajar dengan ayah saya, ketika UAS tiba pastilah lebih di intensifkan belajar malamnya dan belajar dengan tamparan sekaligus tangisan menjadi hal yang biasa untuk saya. Disisi lain yang kebetulan keluarga saya menempati rumah dinas di SD yang ayah saya mengajar menjadikan uang saku saya di tekan seminimal mungkin, saya masih ingat dimana uang saku saya bertambah apabila naik kelas, dulu ketika kelas 2 SD uang saku saya Rp.200,- dan setiap kenaikan kelas uang saku bertambah Rp.100,- sampai pada akhirnya kelas 6 SD uang saku saya Rp.600,-dan hal itu terjadi ketika periode 1999-2006. Kok 7 tahun? Iya karena saya tinggal di pelosok jauh disana maka belum ada Taman Kanak-kanak sehingga membuat saya 2 tahun belajar di kelas 1 SD.
Dimasa SD dengan uang saku sedikit pada jamannya membuat saya tidak merasa sedikit karena ibu saya jualan disana sehingga ketika akan jajan di kantin ibu saya maka saya tidak akan membayar hehehe. Tetapi dibalik sifat ayah yang keras terhadap kami anaknya, saya tidak menganggap hal tersebut sebagai kekerasan terhadap anak seperti apa yang terjadi belakangan ini tetapi saya menganggap hal tersebut justru sebagai pembelajaran bagi kami anaknya. Itu terbukti ketika saya mampu mendapat ranking di SD dan SMP. ciyee sombong ciyee!!

Di kehidupan semasa SD banyak sekali hal-hal yang menyenangkan, kalau ibu saya cerita dulu ketika belum sekolah saya sering dibawa tetangga kerumahnya, sering dibawa kuli pasar kerumahnya. Mungkin karena pada waktu kecil saya lucu atau terlalu polos ya? hehe. Semasa SD dulu saya sering bermain ke kebun atau kalau orang desa kami bilang "alas" bersama teman-teman saya, mancing di sungai, membuat layangan, main bola antar sekolah/desa, mainan paling modern ya tamiya itu (ndeso banget yaaa). Tapi apapun mainannya kehidupan semasa kecil saya di desa begitu luar biasa, semua natural.

Tapi semasa SD hal terburuk adalah ketika saya di diagnosis dokter mengidap bronkhitis yang membuat saya kontrol ke dokter setiap minggu bersama ibu saya, mungkin karena ayah saya seorang perokok jadi berdampak ke saya tetapi alhamdulillah dinyatakan sembuh pada saat kelas 5 SD. Hal buruk lain adalah ketika SD saya mulai merokok, jangan heran di desa saya anak SD pun sudah merokok karena memang kultur disana banyak petani tembakau dan biasanya orang di desa saya tidak merokok dengan beli di warung tetapi "nglinting" alias membuat rokok sendiri dari hasil tani mereka. Uniknya rokok yang mereka buat komposisinya ada tembakau, cengkeh, menyan, dan daun jagung yg sudah kering sebagai pembungkusnya. 


Gila ya masih SD saja sudah merokok!!! hehehe. Apapunlah itu pengalaman sewaktu SD yang luar biasa buat saya, banyak hal yang masih belum bisa tertulis dan tergambarkan disini. Biarlah memori lain saya simpan sendiri sebagai wujud syukur saya kepada Allah yang telah menciptakan memori yang luar biasa. Sayyidina Umar pernah berkata "Ada kala orang yang mempunyai masa silam paling buruk akan jadi paling baik di masa depan". Saya percaya itu!! 

Salam Fastabikhul Khoirot!!!
Akbar Wicaksono
Bandung, 26 Agustus 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger