Pages

Jumat, 06 Januari 2017

Terompet, Dakwah, dan Indahnya Silaturahim



Gemerlap kembang api menghidupkan langit Bandung yang berlatar gelap malam ini. Suara terompet menyambut tahun baru 2017 pun amat sering terdengar di setiap jalan yang saya lalui. Terlihat beberapa anak kecil dengan cerianya saling berkumpul meniup terompet yang baru mereka beli malam itu. Memang banyak sekali pedagang yang memanfaatkan berjualan terompet ataupun kembang api di awal tahun baru ini sebagai ladang mereka mencari nafkah. Mungkin mereka berjualan untuk satu hari saja di tanggal 1 Januari namun bisa saja mereka mampu meraup keuntungan yang bisa untuk makan anak dan istrinya beberapa hari.

Banyak sekali perdebatan yang terjadi di beberapa sosial media tentang perayaan tahun baru ini yang mana Islam tidak mengajarkan umatnya untuk merayakan pergantian tahun. Islam hanya mengenal hari yang patut dirayakan yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Saya saat itu pun lebih memilih mengasingkan diri dari riuhnya suasana menjelang pergantian tahun. Hari sabtu tanggal 31 Desember sengaja saya habiskan waktu pagi diatas kasur dengan ditemani target yang harus saya capai yaitu menyelesaikan satu buku bacaan. Entah apa yang terjadi saya tenggelam dalam buku itu. “Iyalah tenggelam orang nggak bisa berenang”

Pukul 14.00 saya bersiap untuk pergi ke Masjid Agung Trans Studio Bandung untuk mengikuti kajian bersama Ust. Salim A Fillah, ya dia masuk dalam salah satu Ustadz favorit saya. Bukan karena ustadz ini gagah, tinggi dan besar tapi karena ilmu tentang sejarah beliau dan pengolahan kata dalam penyampaian yang membuat saya terkesan. Saat itu kajian dimulai agak sore karena memang jalan yang sedikit padat membuat Ustadz sedikit terlambat. Kajian yang mundur beberapa jam tak membuat para manusia yang haus ilmu mengurungkan niat, toh masih bisa melakukan hal yang bermanfaat seperti membaca Al Quran atau membuka sosial media seperti instagram dan facebook. Banyak orang berfikir negatif terhadap sosial media yang mana mereka beranggapan sosial media berdampak menjadi anti sosial dll. Padahal seperti itu tergantung si operator handphone nya, banyak hal yang bermanfaat di sosial media apabila kita perhatikan. Banyak tulisan kajian, video kajian, bahkan banyak video para anak muda yang melantunkan ayat suci dengan indahnya.

Saat itu saya memilih untuk membuka Al Quran dan mulai membaca surat favorit saya yaitu Ar-Rahman. Entah apa yang membuat saya suka dengan surat ini, mungkin banyak Qari’ yang membaca surat ini dengan sangat merdu tapi memang isi dari surat ini sangat mendalam. Terdapat pengulangan ayat yang artinya “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”sebanyak 31 kali. Dari ayat tersebut Allah ingin menegaskan bahwa nikmat yang telah diberikanNya pada kita amatlah besar sehingga sudah pasti kita takkan bisa mendustakan nikmat yang telah diberikan dan hal tersebut memaksa bibir untuk mengucap syukur.

Pukul 16.30 pun tausyiah dimulai, dari tausyiah beliau banyak menyinggung tentang perjuangan Rasulullah, bercerita tentang nabi Ibrahim, nabi Yunus, nabi Yusuf, dan masih banyak lagi. Ini sebenarnya yang saya suka dari beliau Ust. Salim, dapat dengan lugas bercerita sejarah tentang perjuangan umat terdahulu yang mampu mencibir kami dengan perbandingan perjuangan umat sekarang dan terdahulu. Satu pernyataan beliau yang amat membekas adalah “kita sebagai umat muslim tugas kita adalah berdakwah di setiap sektor yang kita bisa, dan kita bisa menjadikan hobi, pekerjaan, pertemanan, dan lain sebagainya sebagai ladang dakwah”. Dakwah yang dimaksud diatas tak selalu seperti ustadz yang mana kita harus memberi tausyiah di hadapan khalayak ramai tapi kita bisa dakwah menggunakan cara kita sendiri. Sebagai anak muda kita masih bisa gaul dan masih bisa keren tapi tetap taat pada agama. Ketika berbicara konsep dakwah dikalangan anak muda pun dakwah yang dilakukan bisa menyesuaikan dengan lingkungannya asalkan tetap dalam koridor amar ma’ruf nahi mungkar yaitu mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Pada zaman yang serba teknologi ini kita harus mampu melebur, kita bisa memanfaatkan teknologi dari sosial media kita misalnya dengan hanya mengganti foto profil di sosial media dengan sebuah ajakan kebaikan, atau dengan men-share beberapa kajian ataupun nasihat dari ulama. Hal kecil tapi syarat nilai. “mudah kan dakwah itu?”

Sepanjang tausyiah ini berlangsung diwarnai oleh serunya musik EDM yang karena diluar masjid adalah wahana bermain keluarga dan sebuah mall yang disana terdapat panggung dalam menyambut perayaan tahun baru. Sejatinya hidup memang banyak dihadapkan dengan berbagai macam pilihan, termasuk saat ini banyak anak muda yang memilih mengikuti tausyiah mengasingkan diri dari hedonisme dunia. Tak sedikit juga yang memilih untuk bersenang-senang merayakan pergantian tahun baru bersama teman, pacar, bahkan mungkin keluarga. Tidak salah ketika mereka memilih hal tersebut, toh mereka sendiri nantinya yang akan merasakan dampaknya apakah berdampak di kebaikan ataukah keburukan. Sekali lagi ini hanya masalah pilihan.

Pulang dari tausyiah saya sudah ditunggu oleh beberapa teman, memang liburan tahun baru yang panjang ini akan kami manfaatkan untuk silaturahim ke tempat teman dan mungkin akan dilanjutkan ke tempat wisata. Perjalanan dari kota Bandung menuju tempat teman di daerah Cikalong Bandung sekitar 2 jam perjalanan.”sepertinya saya akan mengulang memori 2 tahun silam dimana saya suka touring dekat dengan teman kuliah”. Sepulang dari sana pun pada tanggal 1 Januari 2017 saya berkunjung ke rumah teman saya lagi di daerah Cikoneng Bandung, disana karena berada di komplek perumahan maka saya sedikit mencuri pengetahuan tentang membeli rumah di perumahan. Dari jawaban teman saya yang kebanyakan disana menggunakan KPR membuat saya semakin ingin membeli rumah dengan cash, udah nggak ada fikiran bayar cicilan juga terhindar dari riba. Tidak tau besok seperti apa keadaannya, semoga Allah mengabulkan setiap yang kita inginkan. Aamin


Saya selalu percaya bahwa “Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan di banyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R Bukhari-Muslim). Indahnya silaturahim tergambar dalam hadits tersebut yang mana Allah telah menjamin nikmat yang diberikanNya ketika seseorang menyambung tali silaturahim. Saya kira dengan kita say hello kepada teman di bbm, instagram, facebok dan lain sebagainya itu sudah termasuk dalam silaturahim kok. Hal kecil tapi bisa sangat bermakna didalam kehidupan kita, makanya mari kita sambung silaturahim, mari kita dakwah dengan cara kita masing-masing, dan saatnya jadi pemuda yang siap membawa islam dimanapun ia berada.

Bandung, 07 Januari 2017
Akbar Wicaksono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar